Jumat, 15 Januari 2010

IPS

BAB I

-BENUA : enua adalah daratan yang sangat luas; (kontinen). Pada awalnya bumi terbentuk seluruh benua merupakan satu daratan yang amat luas, belum terbagi-bagi oleh pergeseran kerak bumi; daratan tersebut disebut Pangea, pada masa mesozoic terbagi atas dua bagian besar yaitu gondwana di belahan Bumi selatan dan laurasia di belahan Bumi utara.

Pada masa kini bumi terbagi atas beberapa benua :


BAB II
-ASIA TENGGARA:

Asia Tenggara adalah sebuah kawasan di benua Asia bagian tenggara. Kawasan ini mencakup Indochina dan Semenanjung Malaya serta kepulauan di sekitarnya. Asia Tenggara berbatasan dengan Republik Rakyat Cina di sebelah utara, Samudra Pasifik di timur, Samudra Hindia di selatan, dan Samudra Hindia, Teluk Benggala, dan anak benua India di barat.

Asia Tenggara biasa dipilah dalam dua kelompok: Asia Tenggara Daratan (ATD) dan Asia Tenggara Maritim (ATM).

Malaysia, meskipun ada bagian yang tersambung ke benua Asia, biasa dimasukkan ke dalam ATM karena alasan budaya. Semua negara Asia Tenggara terhimpun ke dalam organisasi ASEAN, kecuali Timor Leste. Yang terakhir ini berstatus sebagai pengamat. Namun oleh beberapa pihak, atas alasan politis, negara ini dimasukkan ke kawasan Pasifik.

Secara geografis (dan juga secara historis) sebenarnya Taiwan dan pulau Hainan juga termasuk Asia Tenggara, sehingga diikutkan pula. Namun demikian, karena alasan politik Taiwan dan pulau Hainan lebih sering dimasukkan ke kawasan Asia Timur. Kepulauan Cocos dan Pulau Christmas, yang terletak di selatan Jawa, oleh beberapa pihak dimasukkan sebagai Asia Tenggara meskipun secara politik berada di bawah administrasi Australia. Sebaliknya, Pulau Papua dimasukkan sebagai Asia Tenggara secara politik meskipun secara geologi sudah tidak termasuk benua Asia.


Nama 'Asia Tenggara'

Nama untuk kawasan ini pertama kali dipakai pada abad ke-20. Sebelumnya Asia Tenggara dikenal dengan nama India Belakang (jika dibandingkan dengan anak benua India). Subkawasan Asia Tenggara terdiri dari sebelas negara, beberapa di antaranya berada di daratan utama (mainland), yang juga dikenal sebagai Asia Tenggara Daratan (Indocina) dan sebagian lagi seluruhnya merupakan kepulauan (Asia Tenggara Maritim), yang dikenal dengan istilah beragam, seperti Kepulauan Selatan (Nan Yang, Cina dan Vietnam), Kepulauan Melayu (Malay Archipelago menurut A.R. Wallace), Malayunesia (Logan), Indonesia (Logan dan Adolf Bastian), Hindia Timur (Oost-Indie, Belanda), Malaysia, Insulinde (oleh orang Hindia Belanda di awal abad ke-20), atau Nusantara (oleh masyarakat Indonesia). Agak menarik bahwa Semenanjung Malaya biasanya dimasukkan dalam wilayah kepulauan meskipun masih tersambung dengan benua Asia.

Geografi

Geologi

Asia Tenggara

Asia Tenggara terletak pada pertemuan lempeng-lempeng geologi, dengan aktivitas kegempaan (seismik) dan gunung berapi (vulkanik) yang tinggi. Sementara ATD relatif stabil dan merupakan daratan tua, ATM sangatlah dinamik karena di sana bertemu dua lempeng benua besar: lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia, ditambah dengan lempeng Filipina yang lebih kecil. Tiga pulau besar di Indonesia: Sumatra, Jawa, dan Kalimantan baru terpisah dari benua Asia sekitar 10 ribu tahun yang lalu akibat naiknya muka air laut karena usainya Zaman Es terakhir. Pulau Papua secara geologi termasuk dalam benua Australia, yang juga terpisah karena peristiwa yang sama. Kedua lempeng besar itu bertemu pada busur cekungan yang memanjang ke selatan dari Teluk Benggala di barat Myanmar dan Thailand, terus menuju sisi barat Sumatra, lalu membelok ke timur membentuk Palung Jawa yang memanjang di selatan Jawa dan Kepulauan Nusa Tenggara. Akibatnya gempa bumi sering terjadi di daerah-daerah sekitarnya, seperti Gempa bumi Samudra Hindia 2004. Desakan lempeng Indo-Australia mengangkat permukaan pulau-pulau yang ada di dekatnya, sehingga terbentuklah deretan gunung berapi aktif. Pulau Jawa adalah pulau dengan cacah gunung berapi terbanyak di dunia. Gunung Kerinci adalah gunung berapi tertinggi di Asia Tenggara. Di sebelah timur Filipina terdapat pula Palung Mindanao dan Palung Mariana yang merupakan pertemuan antara lempeng Filipina dan lempeng Pasifik. Di Filipina juga terdapat aktivitas kegunungapian yang tinggi.

Puncak tertinggi yang berada di Gunung Kinabalu (4.101 m; Kalimantan) dan Puncak Jaya di Pulau Papua, Indonesia (5.030 m).

Terdapat beberapa klaim dan perebutan wilayah dan batas perairan di kawasan ini, yang melibatkan negara-negara di kawasan ini maupun yang melibatkan negara di luar Asia Tenggara (terutama Tiongkok dan Taiwan dalam kasus Kepulauan Spratly).

Geografi

Geografi Asia Tenggara dapat dikategorikan menjadi dua bagian, daratan dan kepulauan. Negara-negara yang berada di daratan termasuk Myanmar, Kamboja, Laos, Thailand, dan Vietnam. Sedangkan negara-negara yang berada di kepulauan termasuk Brunei, Filipina, Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

Sejarah

Dengan ditemukannya Homo floresiensis di Pulau Flores pada 2003 menandakan bahwa daerah kepulauan Asia Tenggara ini paling tidak telah ditinggali oleh manusia sejak 18.000 tahun lalu, dengan perkiraan terjauh sampai 94.000 tahun yang lalu. Sejarah Asia Tenggara sebelum zaman kerajaan tidak diketahui banyak. Beberapa kerajaan berawal di daratannya, yang sekarang Burma, Kamboja, dan Vietnam.

Kerajaan pertama yang berkembang di kepulauan Asia Tenggara adalah Sriwijaya. Dari sejak abad ke-5 ibu kota Sriwijaya, Palembang, merupakan pelabuhan utama antara India dan Cina. Dan kemudian diikuti oleh Majapahit, Sailendra, dan Mataram. Pedagang Muslim mulai memasuki daerah ini pada abad ke-12. Pasai merupakan kesultanan pertama.

Karena kondisi geografis yang berdekatan dengan India dan Cina, kawasan ini banyak terpengaruh oleh kebudayaan India dan China. Selat Malaka merupakan jalur perdagangan yang ramai sejak berabad-abad lalu dan masih bertahan hingga sekarang.


BAB IV

-PERJUANGAN PEMBEBASAN IRIAN BARAT :

TRI Komando Rakyat ( Trikora ) dikumandangkan oleh Presiden Soekarno dalam sebuah �?Apel Besar�? di alun-alun utara kota Yogyakarta pada 19 Desember 1961 sebagai reaksi atas sikap Belanda yang secara sepihak telah mendirikan �?Dewan Papua�? yang bertugas mempersiapkan pembentukan Negara Papua di bawah bayang-bayang Pemerintahan Belanda. Tri Komando Rakyat yang dicanangkan kepada seluruh Rakyat Indonesia tersebut berbunyi : Satu, gagalkan berdirinya “Negara Papua�?; dua, kibarkan bendera Merah Putih di seluruh wilayah Irian Barat; tiga bersiap-siap untuk mobilisasi umum.

Sebagai tindak lanjut dari Tri Komando Rakyat tersebut, para perancang strategi perang nasional serta para senior TNI saat itu membuat suatu keputusan yang sangat penting, terutama bagi sejarah perjalanan TNI Angkatan Udara dalam pengabdiannya kepada bangsa dan negara. Berdasarkan pertimbangan dimensi ruang dan waktu, mereka memutuskan bahwa operasi-operasi yang dilancarkan melalui media udara adalah cara yang paling efektif dan menguntungkan. Apalagi pertimbangan dari faktor kekuatan dan kemampuan, penggunaan kekuatan AURI saat itu adalah yang paling memungkinkan karena menjelang dilancarkannya Operasi Trikora, AURI sedang berada di puncak kejayaannya.

Indonesia merupakan satu-satunya negara yang memiliki angkatan udara terkuat di belahan bumi selatan, khususnya di Asia Tenggara. Selain pesawat-pesawat bekas berbagai jenis peninggalan Belanda dan Jepang yang jumlahnya tidak kurang dari 300 pesawat, kekuatan AURI juga terus bertambah dengan adanya kontrak pembelian persenjataan militer senilai USD 2,5 miliar dari Rusia dan Polandia dengan persyaratan pembayaran jangka panjang yang tidak terlalu memberatkan Indonesia.

Skuadron-skuadron udara baru pun mulai bermunculan seiring datangnya beratus-ratus pesawat udara baru berbagai jenis dan fungsi serta peralatan militer lainnya dari Rusia dan Polandia, antara lain 41 Helikopter MI-4 (angkutan ringan), 9 Helikopter MI-6 (angkutan berat), 30 pesawat latih Jet MIG-15 UTI, 49 pesawat baru sergap MIG-17, 10 pesawat buru sergap MIG-19 dan 2 pesawat buru sergap supersonic MIG-21.

Dari jenis pesawat pengebom, terdapat sejumlah 22 pesawat pembom ringan IL-28, 14 pesawat pembom jarak jauh TU-16B, dan 12 pesawat TL-16 KS yang dilengkapi dengan persenjataan peluru kendali (rudal) Air to Surface jenis AS-1 Kennel. Sementara dari jenis pesawat angkut terdapat 26 pesawat angkut ringan jenis IL-14 dan AQvia-14, 6 pesawat angkut berat jenis AN12B Antonov buatan Rusia dan 10 pesawat angkut berat jenis C-130B Hercules buatan Amerika serikat. Di samping itu, pesawat-pesawat bekas peninggalan Belanda yang dalam keadaan siap operasi terdapat 8 pesawat pengebom serbu jenis B-25/B-26, 12 pesawat pemburu jenis P-51 Mustang dan 24 pesawat angkut ringan C-47 Dakota. Beberapa unit radar Nysa BC/P-30 buatan Polandia telah terpasang di berbagai lokasi di kepulauan Maluku dalam rangka persiapan perjuangan pembebasan Irian Barat. Kekuatan AURI sedahsyat itu secara berangsur-angsur sebagian besar telah digeser ke wilayah Indonesia bagian timur dalam rangka “prepositioning�? dan “prestocking�? kekuatan ke pangkalan-pangkalan depan, antara lain Makassar, Morotai Ambon, dan Letfuan/Langgur (Kepulauan Kai).

Operasi Infiltrasi Udara

Tahap awal pembabakan Operasi Trikora adalah operasi infiltrasi udara dengan menerjunkan pasukan dan sukarelawan pemberani berjiwa Sapta Marga melalui udara, langsung ke jantung daratan Irian Barat. Penerjunan dengan menggunakan pesawat-pesawat angkut AURI dilakukan tanpa mendapat perlindungan dari pesawat-pesawat tempur kita, tetapi hanya dengan mengandalkan faktor pendadakan. Oleh sebab itu, operasi dilaksanakan pada malam hari.

Tugas-tugas penerjunan pada awalnya dilaksanakan dengan menggunakan pesawat-pesawat angkut ringan C-47 Dakota dengan kapasitas 18 penerjun, namun karena keterbatasan kemampuannya, terutama faktor kecepatan dan ketinggian terbang, kadang-kadang sempat dicegat oleh pesawat-pesawat pemburu jenis Neptune milik Belanda dalam penerbangan kembali dari misi penerjunan. Pimpinan AURI ketika itu masih menahan diri tidak menggunakan pesawat-pesawat C-130B Hercules dalam melaksanakan misi penerjunan infiltran ke daerah Irian Barat. Persetujuan Kongres Amerika Serikat memberikan lampu hijau kepada Indonesia untuk membeli 10C-130B Hercules tidak lepas dari kemampuan diplomasi pihak pemerintah Indonesia saat itu. Pihak Indonesia berkilah bahwa penggunaan pesawat Hercules di Indonesia hanya difokuskan bagi kepentingan kemanusiaan, melalui pembangunan daerah, seperti pembangunan infrastruktur, membuka isolasi daerah terpencil sekaligus meningkatkan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Apabila rakyat sejahtera dan makmur, maka faham komunis akan sulit berkembang di Indonesia.

Pada masa itu, segala bentuk dukungan untuk membendung meluasnya pengaruh komunis di muka bumi ini bagi Amerika Serikat merupakan prioritas utama. Maka Indonesia diizinkan membeli pesawat Hercules dengan sebuah klausul yang dicantumkan dalam kontrak pembelian yang menyatakan bahwa pesawat-pesawat Hercules AURI tidak akan digunakan untuk operasi-operasi militer. Akan tetapi, dengan meningkatnya intensitas operasi infiltasi udara ke wilayah Irian Barat, kelihatannya tidak ada pilihan lain bagi pimpinan AURI untuk segera menggunakan pesawat Hercules. Apalagi setelah tertembaknya sebuah pesawat C-47 Dakota AURI (T-4740) yang dipiloti Kapten Udara Djalaludin Tantu dan Co-Pilot Letnan Udara II Sukandar oleh pesawat Neptune Belanda pada saat kembali dari misi penerjunan di sekitar Kaimana. Pesawat T-4740 akhirnya mengadakan pendaratan darurat di air (ditching) di kawasan laut sebelah timur kepulauan Watubela. Seluruh awak pesawat meskipun selamat, tetapi ditawan oleh pihak Belanda.

Para pemikir-pemikir AURI saat itu lalu mendesak Menteri Panglima AURI (Menpangau) untuk segera menggunakan pesawat-pesawat Hercules menggantikan tugas-tugas pesawat C-47 Dakota dengan alasan, daya angkut lebih besar, mobilitas tinggi, serta kemampuan terbang tinggi sehingga tidak terkejar oleh pesawat-pesawat buru sergap lawan.

Operasi infiltrasi udara mencapai puncaknya pada tanggal 13 Agustus 1962 ketika 6 C-130B Hercules yang dibagi dalam 3 flight digerakkan sekaligus dengan sasaran daerah penerjunan yang berbeda. Misi ini berhasil memperlemah kekuatan lawan.

Merah Putih Berkibar di Irian Barat

Salah satu kisah heroik dan bersejarah adalah peristiwa pengibaran Sang Saka Merah Putih untuk pertama kali dipancangkan di bumi Cenderawasih, Irian Barat, yang dilakukan oleh anggota PGT AURI. Pada tanggal 19 Mei 1962, sebanyak 81 anggota PGT bertolak dari Pangkalan Udara Pattimura, Ambon, dengan pesawat Hercules menuju sasaran daerah penerjunan sekitar Kota Teminabuan.

Dalam persiapan pemberangkatan, komandan pasukan menyampaikan briefing bahwa mereka akan diterjunkan di sebuah “perkebunan teh�?. Komandan pasukan juga menyampaikan beberapa hal, yaitu sandi-sandi panggilan, kode pengenal teman, dan lokasi titik kumpul, kemudian mengadakan pemeriksaan akhir kelengkapan dan perlengkapan seluruh anggotanya sebelum masuk ke perut Hercules. Ketika itu jam menunjukkan pukul 03.30 subuh waktu setempat dan 15 menit kemudian, pesawat Hercules yang dikemudikan Mayor Udara T.Z. Abidin sudah mengudara ditelan kegelapan, menanjak menuju suatu ketinggian.

Dalam waktu tidak lebih 1 menit, seluruh proses penerjunan 81 anggota PGT telah selesai dan pesawat Hercules cepat-cepat meninggalkan daerah Teminabuan. Berpacu dengan akan datangnya suasana terang menjelang pagi, keempat mesin Allison T56A-15 C-130B Hercules meraung-raung, menanjak untuk mencapai suatu ketinggian yang tidak mampu dicapai oleh pesawat-pesawat Neptune milik Belanda.


BAB V

-SAMUDRA : amudra (juga dieja Samudera) atau Lautan (dari bahasa Sansekerta) adalah laut yang luas dan merupakan massa air asin yang sambung-menyambung meliputi permukaan bumi yang dibatasi oleh benua ataupun kepulauan yang besar.

Ada lima samudra di bumi yaitu:

Samudra meliputi 71% permukaan bumi, dengan area sekitar 361 juta kilometer persegi, isi samudra sekitar 1.370 juta km³, dengan kedalaman rata-rata 3.790 meter. (Perhitungan tersebut tidak termasuk laut yang tak berhubungan dengan samudra, seperti Laut Kaspia).

Bagian yang lebih kecil dari samudra adalah laut, selat, teluk.

0 komentar:

Posting Komentar